Senin, 26 Desember 2011

Pengertian Pembelajaran Terpadu

Pengertian Pembelajaran Terpadu
Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :

(1) menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);

(2) menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.

Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan/ pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3).

Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu : berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan (Depdikbud, 1996) sebagai berikut :
1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
3. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
4. Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
5. Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak.
6. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain adalah : kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain.


Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa pembelajaran terpadu mempunyai kelebihan yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membantu anak didiknya berkembang sesuai dengan taraf perkembangan intelektualnya. Meskipun demikian pendekatan pembelajaran terpadu ini masih mengandung keterbatasan-keterbatasan.

Salah satu keterbatasan yang menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada faktor evaluasi. Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada produk, tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran terpadu menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya. Oleh karenanya tugas guru menjadi lebih banyak (Prabowo, 2000:4).

Dalam Prabowo (2000:5) dikatakan bahwa dari kalangan pendidik terdapat berbagai pendapat yang intinya menyatakan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran terpadu akan banyak menimbulkan masalah dan tugas guru menjadi semakin membengkak. Masalah yang menonjol adalah tentang penyesuaian pola penerapan dan hasil pembelajaran terpadu dikaitkan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Dalam mengatasi masalah ini, pada tahap awal dapat dilakukan dengan memeriksa isi kurikulum dalam satu catur wulan secara fleksibel. Artinya materi dalam satu catur wulan tersebut dapat diatur urutan pembelajarannya, asal cakupannya tetap tercapai.

Berangkat dari pokok pemikiran tersebut di atas, maka sebelum merancang pembelajaran terpadu, hendaknya guru mengumpulkan dan menyusun seluruh pokok bahasan dari semua bidang studi dalam satu catur wulan, kemudian dilanjutkan dengan proses perancangan


Model-Model Pembelajaran Terpadu
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu : (1) berpusat pada siswa (student centered), (2) proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta (3) pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Dari beberapa ciri pembelajaran terpadu di atas, menunjukkan bahwa model pembelajaran terpadu adalah sejalan dengan beberapa aliran pendidikan modern yaitu termasuk dalam aliran pendidikan progresivisme. Aliran pendidikan progresivisme memandang pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru dan pada bahan ajar. Tujuan utama sekolah adalah untuk meningkatkan kecerdasan praktis, serta untuk membuat anak lebih efektif dalam memecahkan berbagai problem yang disajikan dalam konteks pengalaman (experience) pada umumnya (William F. O’neill, 1981).


Tujuan pendidikan aliran progresivisme adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan seharusnya dapat mengembangkan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang mengakomodasi pengalaman-pengalaman (atau kegiatan) belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Sedangkan metode pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya (Mudyaharjo, 2001).

Adapun model-model pembelajaran terpadu sebagaimana yang dikemukakan oleh Fogarty, R (1991 : 61– 65) yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah :
1) the fragmented model ( Model Fragmen )
2) the connected model ( Model Terhubung )
3) the nested model ( Model Tersarang )
4) the sequenced model ( Model Terurut )
5) the shared model ( Model Terbagi )
6) the webbed model ( Model Jaring Laba-Laba )
7) the threaded model ( Model Pasang Benang )
8) the integrated model ( Model Integrasi )
9) the immersed model ( Model Terbenam ), dan
10) the networked model ( Model Jaringan )

Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu di atas dipilih tiga model pembelajaran yang dipandang layak dan sesuai untuk dapat dikembangkan dan mudah dilaksanakan di pendidikan dasar (Prabowo, 2000:7). Ketiga model pembelajaran terpadu yang dimaksud adalah model terhubung (connected), model jaring laba-laba (webbed), model keterpaduan (integrated ).

Berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing model pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model terhubung (the connected model), karena model terhubung ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Selain itu, Model terhubung ini juga secara nyata menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, serta ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan semester berikutnya. Pemanfaatan penerapan model terhubung (connected) ini sangat relevan dengan konsep Cahaya (dalam fisika) dan konsep Sistem Indera pada manusia (dalam biologi), agar dapat terwujud pemampatan/ pengurangan waktu dalam pembelajaran pada konsep-konsep tersebut (Reduce Instructional Time). Hal ini terkait dengan upaya menghindari terjadinya penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran, sebagai akibat dari mengejar target kurikulum.

Beberapa kelebihan dari model terhubung (connected) adalah sebagai berikut : (1) dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang studi adalah siswa memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu. (2) siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi. (3) menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan bagi siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.

Di samping mempunyai kelebihan, model terhubung ini juga mempunyai kekurangan sebagai berikut : (1) masih kelihatan terpisahnya antar bidang studi, (2) tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi, dan (3) dalam memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected (terhubung) menurut Prabowo (2000:11 – 14) sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan :
1.1. menentukan tujuan pembelajaran umum
1.2. menentukan tujuan pembelajaran khusus

2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru :
2.1. menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa.
(materi prasyarat)
2.2. menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa
2.3. menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan
2.4. menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan
2.5. menyampaikan pertanyaan kunci

3. Tahap Pelaksanaan, meliputi :
3.1. pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok
3.2. kegiatan proses
3.3. kegiatan pencatatan data
3.4. diskusi secara klasikal

4. Evaluasi, meliputi :
4.1. evaluasi proses , berupa :
- ketepatan hasil pengamatan
- ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan
- ketepatan siswa saat menganalisis data
4.2. evaluasi produk :
- penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
4.3. evaluasi psikomotor :
- kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.

STRATEGI DAN INOVASI PEMBELAJARAN SISWA SD

Ibarat seorang jenderal dalam kemiliteran, guru dituntut memiliki siasat atau strategi dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Strategi dalam belajar mengajar dimaksudkan untuk mensiasati anak didik agar terlibat aktif belajar. Kemampuan guru dalam memahami dan mengimplementasikan strategi (mengajarnya) merupakan hal yang sangat penting dalam semua peristiwa belajar mengajar.
Kata Strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau strategus. Strategos berarti jenderal atau perwira negara (state officer). Jenderal inilah yang bertanggungjawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan pasukannya untuk mencapai kemenangan, begitupun tanggungjawab guru dalam kelas mensiasati anak didik sehingga tercapai tujuan pembelajaran peserta didiknya.untuk itulah diperlukan inovasi pembelajaran peserta didik,dalam hal ini pembelajaran untuk siswa SD.
Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagai situasi, termasuk situasi pendidikan.Implementasi konsep strategi dalam kondisi belajar mengajar ini sekurang – kurangnya melahirkan pengertian berikut.
1. Strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapandan sumber daya pendidikanyang tersedia untuk mencapai trujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.
2. Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola prosese belajar mengajar untuk mencapaio tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
3. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan - tujuan belajar.
4. Strategi merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik didalam perwujudan kegiatan belajar mengajar .

Perlu dijelaskan pula, bahwa strategi belajar mengajar bukan desain instruksional seperti PPSI (Prosedur pengembangan sistim instruksional), Satpel (Satuan Pelajaran) atau sejenisnya, Strategi belajar mengajar lebih luaas dari semua itu. Mempertimbangkan suatu strategi bearti mencari dan memilih model dan pendekatan proses belajar mengajar yang didasarkan atas karakteristik dan kebutuhan belajar peserta didik dan kondisi lingkungan serta tujuan yang akan dicapai.
Dengan kata lain strategi belajar mengajar merupakan siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponen komponen lain dari sistem instruksional secara konsisten.
Berbicara strategi belajar mengajar, tidak bisa dipisahkan dengan metode mengajar. Karena metode ini merupakan cara – cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Sunaryo (1995) menunjukan adanya pola dasar yang menjadi rujukan dalam rangka implemetasi DAP (Developmentally Appropriate Practice).
Sebenarnya metode mengajar yang dapat dipelajari guru sesuai dengan pola dasar tersebut adalah demikian banyak. Akan tetapi yang akan diperkenalkan paling tidak dengan 10 metode mengajar, yaitu metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, pemberian tugas, demonstrasi, simulasi, inkuiri dan metode pengajaran unit-pembelajaran terpadu.
Dalam kesempatan ini penulis akan menyampaikan dua metode terakhir yaitu metode inkuiri dan metode pengajaran unit. Karena metode ini merupakan metode yang relatif baru yang diperkenalkan kepada guru-guru bersamaan dengan meluasnya CBSA. Metode inkuiri disebut juga metode penemuan yang sangat penting untuk dilakukan peserta didik usia sekolah dasar.
Metode inkuiri ini dapat dirancang penggunaannya oleh guru menurut kemampuan mereka atau menurut tingkat perkembangan intelektualnya. Bukankah mereka memiliki sifatnya yang aktif ingin tahu yang besar, terlibat dalam suatu situasi secara utuh dan reflek terhadap sesuatu proses dan hasil-hasil yang ditemukan.
Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan inpormasi dengan aktif tanpa bantuan guru. Metode penemuan melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka pengembangannya. Metode ini memungkinkan para peserta didik menentukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Adapun tujuan metode penemuan adalah :
1. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
2. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
3. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
4. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.

Alasan penggunaan metode penemuan :
1. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat
2. Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah tetapi dari lingkungan sekitar.
3. Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya.
4. Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.

Kekuatan metode penemuan
Kekuatan metode inkuiri adalah :
1. Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh peserta didik sendiri.
2. Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuannya yang diperoleh.
3. Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas penyediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para peserta didik.
4. Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.
5. Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar karena peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

Metode Pengajaran Unit
Metode pengajaran unit amatlah sesuai dilihat dari pendekatan DAP karena melalui pengajaran ini keunikan atau keragaman dan berbagai tingkatan perkembangan peserta didik dapat diakomodasikan. Pengajaran bisa menjadi lebih terbuka dengan tersedianya berbagai kesempatan bagi si anak memiliki kegiatan belajar. Suatu pengajaran unit bisa menjadi ”harinya” bagi si anak.
Pengajaran unit lebih dikenal dengan istilah ”unit teching” merupakan pengajaran yang mengarahkan kegiatan peserta didik pada pemecahan suatu masalah yang dirumuskan dahulu secara bersama-sama. Metode pengajaran unit didefinisikan sebagai cara penyajian pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahanya secara keseluruhan dan bermakna. Dalam perkembangan terakhir ini pengajaran unit sering diungkapkan sebagai pembelajaran berkorelasi atau pembelajaran terpadu.

Terdapat beberapa jenis pemecahan masalah dalam pengajaran unit yaitu :
1. Keterhubungan antar dua atau lebih masalah, konsep, keterampilan, tugas, atau ide-ide lain di dalam satu bidang study yang dikenal dalam pembelajaran terpadu sebagai Model Terhubung. ( Connetec; Model )
2. Jaringan topik yaitu pemecahan masalah yang melibatkan penetapan tema dan beberapa topik atau sub tema dalam berbagai bidang study, yang dalam pembelajaran terpadu dikenal sebagai model Jaring Laba-Laba ( Webbel; Model)
3. Lintas bidang study yaitu pemecahan masalah yang melibatkan adanya perioritas kurikuler dan menemukan pengetahuan atau konsep keterampilan dan sikap yang tumpang tindih ( Operlapping ) dari bebarapa bidang study yang dalam pembelajaran terpadu dikenal dengan sebutan Model Terpadu itu sendiri ( Integrated Model).

Adapun tujuan dan penggunaan metode pengajaran unit adalah :
1. Melatih peserta didik berpikir komperehensif dengan cara mengkaji dan memecahkan permasalahan dari berbagai disiplin ilmu atau berbagai aspek.
2. Melatih peserta didik menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah dengan pemecahan msalah.
3. Terbentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu dan menghargai pendapat orang lain.
4. Melatih peserta didik agar memiliki kemampuan merencanakan mengorganisasi dan memimpin suatu kegiatan.
5. Mengembangkan keterampilan berkomonikasi.

Kekuatan dan Keterbatasan Metode Pengajaran Unit
A. Kekuatan Metode Pengajaran Unit
Berbagai kekuatan penggunaan Metode Pengajaran Unit ini, adalah :
1. Membantu peserta didik lebih berpikir komperehensif.
2. Memperluas wawasan peserta didik dalam ilmu pengetahuan dengan keanekaragaman sumber informasi.
3. Memperhatikan karaktersitik peserta didik secara khusus.
4. Menciptakan iklim demokratis dalam belajar dimana peserta didik dapat menentukan rencana bersama guru tentang topik yang akan dibahas.
5. Pengajaran unit disesuaikan dengan tingkat perkembangan minat dan bakat peserta didik sehingga pengajaran akan lebih bermakna.
B. Keterbatasan Metode Pengajaran Unit
Adapun berbagai keterbatasan kegunaan metode ini adalah :
1. Sulit menentukan topik yang sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan anak.
2. Memerlukan kecakapan khusus dalam melaksanakan pengajaran unit.
3. Memerlukan biaya yang cukup besar.
4. Memerlukan waktu yang cukup lama.
5. Kemungkinan pemecahan masalah yang kabur dan dangkal karena ditinjau dari berbagai disiplin ilmu dan tidak semua disiplin ilmu dapat dikuasai peserta didik dengan baik.
Demikianlah Strategi Dan Inovasi Pembelajaran Untuk Siswa SD yang penulis sajikan.

0 komentar:

Posting Komentar